PERILAKU ASERTIF "interpersonal skill"



PERILAKU ASERTIF
oleh : Ahmad Wahyudi
 
 
2.1  Pengertian Perilaku Asertif
Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari yang menguntungkan semua pihak. Individu yang asertif memulai komunikasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka terhadap orang lain.
Tujuan komunikasi ini adalah untuk mengungkapkan pendapat diri sendiri dan untuk menyelesaikan masalah interpersonal tanpa merusak suatu hubungan. Perilaku asertif mengharuskan kita untuk menghormati orang lain sebagaimana kita menghormati diri sendiri. Konflik tidak dapat dihindari dalam hubungan dengan sesama manusia. Walaupun konflik biasanya dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi proses penyelesaian konflik tersebut dapat membuat seseorang berkembang, meningkatkan pemahaman dan rasa hormat kepada orang lain, kendati terdapat perbedaan-perbedaan.
Masalah timbul ketika konflik membuat kita memandang orang lain sebagai “musuh”, ketika perbedaan kekuasaan dieksploitasi, atau ketika diskusi untuk penyelesaian masalah menjadi tidak fokus dengan membawa persoalan lain untuk mengalihkan percakapan. Faktor penting untuk menjadi individu asertif adalah kemampuan untuk bertindak secara konsisten sesuai standar yang kita miliki untuk perilaku kita sendiri.

2.2  Perilaku Asertif Menurut Beberapa Ahli
1.       Menurut Pratanti (2007) sikap atau pun perilaku agresif cenderung akan merugikan pihak lain karena seringkali bentuknya seperti mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara verbal ataupun fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, sarkase (misalnya kritikan dan komentar yang tidak enak didengar), sindiran ataupun sengaja menyebarkan gosip.
2.       Menurut Lazarus (Fensterheim, l980) dalam Iriani (2009) perilaku asertif mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain meliputi : 
a.  menyatakan hak-hak pribadi.
b. berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut
c.   melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi.
Seseorang dikatakan bersikap tidak asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan/keyakinannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki atau negatif (Pratanti, 2009).
Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif. Orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, yaitu : 
a. Memiliki kepercayan diri yang baik.
b. Dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut.
c. Berkomunikasi dengan orang lain secara lancar.
Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri - ciri a). terlalu mudah mengalah/ lemah,
b). mudah tersinggung, cemas.
c). kurang yakin pada diri sendiri.
d). sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain.
Menurut Sukaji (1983) dalam Fitri (2009) perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat. Perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain.
Orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa oraang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-hak orang lain.Mereka umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Menurut Rathus (l986) orang yang asertif adalah orang yang mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh, menyatakan tentang kebenaran. Mereka tidak menghina, mengancam ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif mampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain (Iriani, 2009).

3.1  Definisi Asertif
Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Sementara menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh Calhoun (1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat.
Menjadi asertif bukanlah hal yang mudah, karena dalam bersikap asertif seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proposional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya. Budaya negara Indonesia yang ramah tamah, saling menghormati, dan penuh ’basa basi’ membuat kebanyakan orang menjadi enggan untuk bersikap asertif. Perasaan takut mengecewakan orang lain, berbuat tidak sopan, dan takut tidak disukai atau tidak diterima lingkungan adalah perasaan yang paling dominan timbul ketika seseorang akan bersikap asertif. Keinginan untuk tetap mempertahankan kelangsungan hubungan membuat seringkali orang membiarkan dirinya untuk bersikap non asertif (memendam perasaan, perbedaan pendapat). Padahal, kondisi ini sebenarnya justru mengancam kelangsungan hubungan karena ada salah satu pihak yang merasa dimanfaatkan maupun merasa tidak dihargai.

3.2  Unsur-unsur Asertif
Unsur-unsur dalam komunikasi asertif, antara lain:
a)       Terbuka dan jelas
Upayakan berkomunikasi secara jelas dan spesifik. Misalnya: “saya kurang suka ini”, “Hm….saya menyukai rencana itu, hanya saja mungkin ada beberapa bagian yang bisa ditingkatkan (bahasa halus dari diperbaiki)”, “saya punya pendapat yang berbeda yaitu….”
b)       Langsung
Berbicara langsung dengan subyek yang bersangkutan, jangan membawa masalah ke orang lain yang tidak berhubungan.
c)      Jujur
Berkata jujur agar dapat dipercaya
d)       Tepat dalam bersikap
Pastikan memperhitungkan nilai sosial dalam berbicara.
e)      Tanyakan umpan balik
Menanyakan umpan balik menjadi bukti bahwa anda lebih mengutarakan pendapat daripada perintah. Misalnya: “Apakah sudah jelas? Atau ada pertanyaan?”.
3.3  Ciri-ciri Asertif
Komunikasi asertif memiliki cirri-ciri, sebagai berikut:
a)      Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.
b)      Mendengarkan pendapat orang lain dan memahaminya.
c)      Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain.
d)      Mencari solusi bersama dan keputusan.
e)      Menghargai diri sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik.
f)       Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.
g)      Mempertahankan hak diri
Sedangkan, Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1)              Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
2)              Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3)              Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4)              Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5)              Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6)              Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak  menyenangkan dengan cara yang tepat.
7)              Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8)              Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
3.4  Petunjuk Menjadi Asertif
Adapun petunjuk untuk menjadi asertif, sebagai berikut:
1)             Bedakan dengan jelas apa saja yang menjadi hak Anda dan apa yang bukan hak Anda tetapi Anda menginginkannya.Ingat, orang yang asertif bukanlah orang yang suka merampas hak orang lain. Orang yang asertif bisa memenuhi keinginannya walaupun sebetulnya itu bukan haknya tanpa pemaksaan dan tindakan destruktif.
2)             Berani mengungkapkan sesuatu yang mengganjal perasaan Anda. Misalnya tentang ketidakpuasan Anda. Dengan sikap asertif Anda bisa mengungkapkan ketidakpuasan itu dengan nada yang lebih bersahabat, bukan dengan nada penuh emosi.
3)             Tunjukkan image yang positif, misalnya dengan bertutur kata dan bertingkah laku sopan. Dengan image positif ini Anda akan lebih mudah diterima dalam bersikap asertif.
4)             Pandai membaca keadaan. Perilaku asertif dapat dinilai agresif jika ditunjukkan dalam kondisi yang salah. Maka jika ingin mengungkapkan sesuatu pastikan suasana dan kondisinya dalam keadaan tenang dan tidak dalam keadaan yang penuh emosi.
5)             Dalam keadaan emosi jangan sekalipun mengungkapkan keinginan Anda, karena dikhawatirkan hasilnya tidak objektif karena dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat subyektif dan emosionil.
         Sedangkan menurut Bourne, (1995), untu menjadi individu yang asertif dibutuhkan strategi, sebagai berikut
1)       Evaluasi terhadap hak-hak pribadi.
Tentukan apa yang menjadi hak anda dalam situasi yang sedang dihadapi. Misalnya, Anda berhak membuat kesalahan dan mengubah pikiran anda.
2)       Mengemukakan problem dan konsekuensinya kepada orang yang terlibat dalam konflik. Jelaskan sudut pandang anda, bahkan meski sudah jelas sekalipun. Ini alan membuat orang lain lebih tahu posisi dan pandangan anda. Deskripsikan problem seobjektif mungkin tanpa menyalahkan atau menghakimi.
3)      Mengekspresikan perasaan tentang situasi tertentu.
Ketika anda menyatakan perasaan anda, bahkan orang yang tidak setuju dengan anda sekalipun akan bisa mengerti perasaan anda tentang situasi itu. Ingat, gunakan pesan “aku” bukan pesan “kamu”.
4)      Mengemukakan apa yang menjadi permintaan.
Ini adalah aspek penting dari bersikap asertif. Kemukakan keinginan anda atau yang tidak anda inginkan secara langsung.
3.5  Formula Membangun Asertif
Ada tiga formula untuk membangun asertif sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan sikap Assertivitas diri, yaitu:
1)       Appreciation.
Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka tanpa menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami, menghormati dan menghargai kita.
2)       Acceptance
Adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan, dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.
3)      Accomodating.
Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri.
3.6  Keuntungan Bersikap Asertif
Dengan bersikap aserif maka beberapa keuntungan yang bisa Anda peroleh adalah :
·         Keinginan, kebutuhan, dan perasaan Anda akan dimengerti oleh orang lain.
·         Akan membuat posisi Anda terbuka, sehingga orang lain akan merasa nyaman berhubungan dengan Anda.
·         Setiap keputusan dapat diambil dalam waktu yang cepat, karena Anda merasa yakin dan tahu sikap apa yang harus diambil.
Sikap Asertif di Tempat Kerja
Bekerja dalam bidang apapun komunikasi adalah salah satu kunci sukses, dan sikap asertif adalah faktor penting dalam komunikasi. Sikap asertif terbukti sangat bermanfaat ketika Anda berada dalam situasi yang tidak menyenangkan di tempat kerja. Seemosional apapun anda, sikap asertif dapat meminimalisasi komunikasi yang defensif. Misalkan saja, ketika bos Anda sedang mengalami bad mood dan terus menerus marah sepanjang hari tanpa alasan yang jelas, maka jika Anda adalah seorang yang asertif, Anda akan berani mengungkapkan  perasaan tidak nyaman Anda pada bos dengan nada yang lebih bersahabat, bukan dengan nada penuh emosi.

      Dibawah ini terdapat beberapa tips untuk dapat bersikap asertif di tempat kerja :
·         Bedakan dengan jelas apa saja yang menjadi hak Anda dan apa yang bukan hak Anda tetapi Anda menginginkannya. Seorang yang asertif bisa memenuhi keinginannya walaupun sebetulnya itu bukan haknya tanpa pemaksaan dan tindakan destruktif.
·         Berani mengungkapkan sesuatu yang mengganjal perasaan Anda, dengan cara yang ’bersahabat’.
·         Tunjukkan image yang positif, misalnya dengan bertutur kata dan bertingkah laku sopan. 
·         Pandai membaca keadaan. Jika ingin mengungkapkan sesuatu pastikan suasana dan kondisinya dalam keadaan tenang dan tidak dalam keadaan yang penuh emosi. 
·         Dalam keadaan emosi jangan sekalipun mengungkapkan keinginan Anda, karena dikhawatirkan hasilnya tidak objektif karena dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat subyektif dan emosionil.
Pada intinya dengan sikap asertif akan mempermudah Anda dalam membangun hubungan kerja yang lebih komunikatif sekaligus kondusif. Karena sikap asertif akan meningkatkan moral kerja, kinerja, dan produktivitas Anda. Pada akhirnya sikap asertif ini akan membentuk tim kerjasama yang solid dalam organisasi.

4.1 Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah kemampuan asertif mahasiswa dapat dikembangkan melalui layanan penguasaan konten dengan metode diskusi kelompok dan bermain peran. Saran yang diberikan yaitu, dosen pembimbing hendaknya dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan asertif mahasiswa melalui layanan penguasaan konten dengan metode diskusi kelompok dan bermain peran.
Berperilaku submisif tidak banyak manfaatnya dan orang lain akan memberikan respon negative dimana individu akan dikira tidak punya konstribusi yang nyata bila tidak menunjukkannya. Orang submisif seringkali menjadi sasaran pemberian tugas yang berkelebihan karena dia tidak sanggup menolaknya. Orang agresip biasanya mengambil keuntungan dari orang submisif. Berperilaku agresip akan membuat orang lain jengkel. Siapapun merasa tidak aman bila berdekatan dengan orang yang dikenal sering memaksakan pendapatnya dan tidak memperdulikan perasaan orang lain. Orang lain umumnya tidak akan mau bekerja bersama dengan orang agresif kecuali dalam keadaan terpaksa.
Perilaku asertif memiliki banyak manfaat karena orang menyadari peran dan keberadaan kita, memperoleh banyak teman dan lebih mudah bekerja sama, memudahkan diplomasi dalam mempengaruhi orang lain serta membuat orang lain merasa dihargai karena kepentingan dan kebutuhan nya terakomodasi.

Daftar Pustaka
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Rineka Cipta.
Florsheim, P., Tolan, P. H., & Gorman-Smith, D. (1996). Family processes and risk for externalized behavior problems among African American and Hispanic boys. Journal of Counseling and Clinical Psychology, 64(6), 1222–1230.
French, Astrid. 1998. Ketrampilan Berkomunikasi antar Pribadi. Indonesia: Kentindo Soho.
Gunarsa, Singgih D. 2004. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Mulyana, Dedi. 2001. Kontek-Kontek Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rakos, Richard F.1991. Assertive Behaviour: Theory, Research, And Training. New York: Routledge London.
Stein, J. Steven dan Howard E.Book. 2002. Ledakan EQ. Bandung: CV Alfabeta.
Stein, M. B., Liebowitz, M. R., Lydiard, R. B., Pitts, C. D., Bushnell, W., & Gergel, I. (1998). Paroxetine treatment of generalized social phobia (social anxiety disorder). A randomized clinical trial. Journal of the American Medical Association.
Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang: UNNES Press.
Syafi’ie, Imam. 1993. Terampil Berbahasa Indonesia I. Petunjuk Guru Bahasa Indonesia SMU Kelas 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tarigan, Djago, dkk. 2003. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Cet. Ke-10. Bandung: Angkasa.
Sofyan, Willis.. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:Alfabeta.
Zane, N. W. S., Sue, S., Hu, L., & Kwon, J. (1991). Asian-American assertion: A social learning analysis of cultural differences. Journal of Counseling Psychology, 38, 63–70.
Ziegler, R. G. (1996). Anxiety disorders in children: Applying a cognitive-behavioral technique that can be integrated with pharmacotherapy or other psychosocial interventions. In J. M.
Zimmerman, M., & Coryell, W. (1990). Diagnosing personality disorders in the community: A comparison of self-report and interview measures. Archives of General Psychiatry, 47,


Komentar

Postingan Populer